Efek
Konsumsi Teh
Jakarta, Selasa
Rochman
Naim Dosen FKH dan Sekolah Pascasarjana IPB
EFEK teh yang bermanfaat pada kesehatan telah
didemonstrasikan pada studi eksperimental menggunakan hewan dan beberapa studi
manusia. Dua penyakit yang paling intensif diinvestigasi adalah penyakit
jantung dan kanker.
Walaupun mekanisme aktivitas protektif dari teh terhadap
penyakit tersebut telah diajukan, ada inkonsistensi dalam hubungan antara
konsumsi teh dan risiko penyakit tersebut pada manusia.
BANYAK studi epidemiologik telah menginvestigasi efek
konsumsi teh pada penyakit kardiovaskuler. Pada suatu studi jangka panjang
di Belanda, konsumsi teh berhubungan dengan risiko kematian yang rendah akibat
penyakit jantung koroner dan insidensi stroke yang rendah.
Pada studi di Rotterdam, suatu hubungan terbaik konsumsi
teh dengan keparahan aterosklerosis aortik telah diobservasi. Studi kesehatan
di Boston menemukan bahwa subyek yang minum satu cangkir (200-250 ml)
atau lebih teh hitam per hari memiliki kira-kira setengah risiko dari suatu
serangan jantung dibanding dengan orang yang tidak minum teh.
Satu mekanisme yang diajukan untuk efek protektif yang
mungkin dari teh terhadap penyakit kardiovaskuler adalah bahwa polifenol teh
menghambat oksidari LDL, yang diketahui terlibat dalam perkembangan
aterosklerosis.
Studi telah mengindikasikan bahwa konsumsi teh hitam
telah memproteksi LDL terhadap oksidasi ex vivo. Polifenol
teh berakumulasi pada partikel LDL setelah 3 hari konsumsi teh hijau atau
hitam, tetapi level mereka tidak cukup untuk memperkuat resistensi terhadap
oksidasi LDL.
Aktivitas hipokolesterolemik dari teh dapat juga
berkontribusi kepada proteksi terhadap penyakit jantung. Pada hewan yang diberi
pakan tinggi lemak dan kolesterol, teh hijau, teh hitam, dan polifenol teh
telah mencegah peningkatan liida serum dan hati, telah menurunkan kolesterol
total serum atau indeks aterogenik, dan telah meningkatkan ekskresi fekal dari
lipida dan kolesterol total.
Bila hamster diberi pakan lemak tinggi, hamster yang
diberi minum teh hijau atau plifenol teh hijau memiliki kolesterol total serum
dan level triasilgliserol yang rendah tetapi ekskresi lemak fekal yang lebih
tinggi daripada kelompok kontrol.
Namun, studi epidemiologik dan uji pada manusia telah
gagal untuk menunjukkan suatu efek yang menurunkan kolesterol serum dari
konsumsi teh hijau atau hitam. Dari 13 studi epidemiologik, hanya empat yang
melaporkan hubungan terbalik. Suatu mekanisme potensial lain mungkin melalui
efek teh pada berat dan lemak tubuh.
Observasi terbaru bahwa administrasi intragastrik teh
hitam telah menghambat agregasi platelet dan telah mencegah thrombosis koronari
eksperimental pada anjing dan bahwa konsumsi polifenol teh hijau telah
menurunkan agregasi platelet yang terinduksi ADP yang memberikan suatu
mekanisme yang mungkin untuk pencegahan penyakit kardiovaskuler. Namun, ekstrak
teh hijau yang ekuivalen dengan 10 cangkir (2 liter) teh untuk 4 minggu tidak
memiliki efek signifikan pada beberapa indikator yang berhubungan ke penyakit
kardiovaskuler.
Teh hitam dan hijau telah menyebabkan peningkatan akut
yang besar (30 menit setelah ingesti) pada tekanan darah daripada kafein
sendiri. Namun, konsumsi teh reguler tidak mengubah tekanan darah.
Teh
dan kanker
- Teh telah dianggap sebagai suatu minuman pencegah kanker karena aktivitas seperti itu telah didemonstrasikan pada banyak model hewan.
Model-model tersebut meliputi kanker kulit, paru,
esofagus, lambung, hati, usus halus, pankreas, kolon, kantung kemih, prostat,
dan kelenjar susu. Larutan teh biasanya diberikan kepada hewan sebagai sumber
tunggal cairan minuman.
Studi ekstensif pada tumorigenesis yang diinduksi cahaya
UV dan bahan kimia sebagaimana tumor paru yang terinduksi bahan kimia dan yang
terjadi spontan pada mencit telah mengindikasikan bahwa teh memiliki aktivitas
inhibitori yang luas terhadap tumorigenesis dan efektif bila diadministrasikan
selama tahap insiasi, promosi atau progresi karsinogenesis. Konklusi ini juga
mungkin diaplikasikan pada model lain.
Hasil yang bertentangan telah dilaporkan mengenai efek
teh pada karsinogenesis kolon; penghambatan dan kurang hambatan keduanya telah
dilaporkan. Penghambatan dari tumorigenesis kelenjar susu yang terinduksi
secara kimiawi oleh teh telah diobservasi pada tikus yang diberi pakan berlemak
tinggi. EGCG telah diperlihatkan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara
dan prostat manusia.
Banyak mekanisme yang telah diajukan mengenai aksi
inhibitori teh terhadap karsinogenesis. Mekanisme yang paling umum adalah
aktivitas antioksidatif, tetapi banyak mekanisme yang lain juga penting. Efek
antiproliferatif dari catechin teh telah didemonstrasikan pada model
tumorigenesis paru dan kulit pada mencit. Hambatan tranformasi sel dan
pertumbuhan sel oleh catechin dan theaflavin murni juga telah dilaporkan.
Aktivitas itu telah dihubungkan ke hambatan aktivitas activator protein 1 (AP-1). Karena aktivasi AP-1 yang sering
pada banyak kanker manusia, aksi ini mungkin dapat diaplikasikan untuk
pencegahan kanker manusia. Penghambatan enzim yang berhubungan dengan promosi
tumor, seperti ornithine decarboxylase, protein kinase C,
lipoksigenase dan sikloosigenase oleh teh
telah diperlihatkan. Hubungan antara penurunan lemak tubuh oleh teh dan
hambatan tumorigenesis kulit telah diobservasi.
Mencit yang minum teh hitam atau teh hijau memiliki
tumor paru yang lebih sedikit dan berat yang kurang dibanding kontrol, walaupun
mereka mengonsumsi jumlah makanan yang sama atau lebih. Berdasarkan aktivitas
inhibitori yang bervariasi yang telah diobservasi pada model hewan yang berbeda
dan kultur sel kanker yang berbeda, mungkin bahwa kandungan dan mekanisme teh
yang multipel terlibat dalam hambatan karsinogenesis.
Efek
teh pada nutrisi
- Pada mencit kegemukan, konsumsi teh oolong selama 10 minggu telah mencegah kegemukan dan hati yang berlemak. Absorpsi nutrien yang menurun dan pembakaran energi yang meningkat mungkin keduanya berkonstribusi pada efek tersebut.
Ekstrak teh hijau telah menstimulasi thermogenesis
jaringan adiposa pada tikus sampai suatu tingkat yang lebih besar daripada yang
dapat dilakukan oleh kafein sendiri. Ingesti ekstrak teh hijau oleh laki-laki
muda sehat dengan setiap makanan menghasilkan peningkatan yang signifikan pada
pembakaran energi 24 jam.
Studi ini telah mengindikasikan bahwa polifenol teh
menghambat aktivitas catechol-O methyltransferase dan beraksi sinergis dengan kafein untuk
memperpanjang stimulasi simpatetik dari thermogenesis.
Apakah konsumsi teh mengganggu absorpsi protein pada
manusia masih perlu diinvestigasi lebih lanjut. Karena afinitas ikatan yang
kuat dari polifenol teh terhadap ion-ion logam, efek teh yang mungkin pada
absorpsi nutrien tersebut merupakan hal yang penting.
Penurunan absorpsi besi karena minum teh telah
dilaporkan. Kelihatannya efek tersebut terutama pada besi nonheme, dan bila teh
dan besi dikonsumsi bersamaan. Absorpsi besi heme dari daging yang dimasak
tidak dipengaruhi oleh konsumsi teh.
Di antara wanita umur 65-76 tahun, konsumsi teh
berhubungan dengan pengukuran densitas mineral tulang yang lebih besar, yang
konsisten dengan laporan bahwa teh bersifat protektif terhadap fraktura tulang
pinggul. Data tersebut mengindikasikan bahwa komponen selain dari polifenol,
seperti fitoestrogen atau fluorida, mungkin memengaruhi densitas mineral
tulang. Teh ditemukan menghambat aktivitas glukosiltransferase dari
streptokokki oral dan perkembangan caries gigi pada tikus. Teh mengandung
fluorida yang mungkin akan memperkuat enamel gigi dan meningkatkan kesehatan
gigi.
Pada model mencit arthritik yang terinduksi kolagen,
polifenol teh hijau secara signifikan mereduksi insidensi dan keparahan
arthritis. Ekspresi mediator inflamatori yang meliputi siklooksigenase-2,
interferon gamma, dan TNF-alpha lebih rendah pada sendi arthritik dari mencit
yang diberi polifenol teh hijau. Katarak, yang berkembang sebagai akibat
presipitasi protein pada lensa mata, mungkin direduksi oleh konsumsi teh yang
meningkat.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar